Sabtu, 06 Agustus 2011

Mengenai Lensa Kmera

Sepertinya beberapa anggota FD banyak yang suka fotografi, dan juga memiliki kamera
SLR. Saya ingin berbagi juga tips dan FAQs mengenai lensa SLR. 

Untuk para pemula, atau mungkin siapa saja yang ingin tahu sebuah lensa secara lebih
mendetail, mengenai jenis kacanya, kodenya, teknologinya, dsb. Saya disini akan
mencoba menjabarkan (dengan sebaik-baiknya dari kemampuan saya), untuk
memberikan pengertian yang lebih dan mudah untuk anda.
Sebuah lensa itu tidak mudah di buat, terdapat unsur matematis yang harus tepat dan
akurat, jenis kaca, jenis lapisan pelindung (coating), jenis motor, dan lainnya.
Apalagi bagi kita yang masih tergolong pemula, mungkin kita akan bingung apabila suatu
saat kita akan membeli sebuah lensa, atau akan menjual lensa milik kita. Apa aja sih yang
perlu kita ketahui? Ya itu terserah anda, sah-sah aja sebenarnya anda tidak tahu apa2
mengenai lensa anda, yang penting anda senang memakainya, tapi – apakah itu “baik”?
Ya relatif, menurut saya sih ada baiknya mengenal lensa anda sedikit banyak.
Ada suatu kutipan, “Knowing your lenses means knowing photography”. Dan ya,
menurut saya kalimat itu tepat sekali, dengan mengenal lensa anda, anda bisa tau sampai
dimana batas keunggulan lensa anda, dan kekurangannya, sehingga anda dapat
memaximalkan kegunaan lensa anda dalam mengambil sebuah gambar. (Yah kalau anda
mau memaximalkan dengan cara lain – buat ganjalan pintu misalnya – itu juga terserah
anda, hehe, whatever makes you happy!)
Langsung saja kita menuju pokok pembahasan. 

FOCAL LENGTH 
Atau sering kita sebut FL (singkatannya). Focal length adalah satuan ukuran sebuah lensa
dimana ukuran tersebut ditentukan daripada panjang – pendeknya jangkauan sebuah
lensa..Sedikit koreksi. Focal length itu adalah jarak nodal point dengan focal planenya. Atau
kalau dibayangin adalah jarak titik api dengan film/sensornya.  Focal length tidak bergantung pada formatnya, tetapi memiliki implikasi sudut pandang
yang berubah-ubah sesuai sensornya. Memang lebih mudah menulis FL dalam mm
daripada AoV dalam derajat atau radian. Karenanya Anders Uschold mengatakan bahwa
menggunakan FL untuk illustrasi AoV adalah salah kaprah yang keterusan, padahal
informasi yang hendak disampaikan adalah sudut pandang (AoV)
Illustrasinya adalah menggambarkan sudut yang dibentuk oleh kaki-kaki segitiga
samakaki, tetapi illustrasinya menggunakan tinggi segitiga tersebut.
Dan ini biasanya tertera di lensa tersebut, dengan ukuran millimeter (mm). Focal length 

juga dapat dibagi menjadi dua type, FIX dan ZOOM. Dua type tersebut juga tentunya
membedakan jenis sebuah lensa. Sebuah lensa zoom, tentunya bisa “maju mundur”,
mendekatkan pandangan anda pada sebuah objek, atau menjauhkan pandangan anda dari
sebuah objek untuk mendapatkan gambar yang lebih luas. Contoh: 18-55mm adalah
sebuah lensa zoom. Dia dapat mengambil gambar dari jarak 18mm sampai dengan 55mm
(artinya bisa 19, 20, 21, 22, dst s/d 55). Fix atau sering juga di sebut PRIME LENS,
adalah sebuah lensa dengan ukuran “mati”. Artinya dia tidak dapat maju mundur, dan
hanya bisa mengambil foto dengan jarak tersebut. Contoh: 50mm adalah sebuah lensa fix,
dan hanya dapat mengambil foto pada jarak 50mm. Apabila anda ingin mengambil
gambar yang lebih luas dan menjauhkan diri dari objek, atau ingin mengambil gambar
lebih dekat – maka kaki andalah yang harus bergerak – bukan lensa anda. Sebuah focal
length juga dapat juga mengartikan angle of view (sudut pandang) sebuah lensa.
Contohnya: 12mm mempunyai angle of view 122 derajat, dan 50mm mempunyai angle
of view 46.8 derajat.

APERTURE 
Aperture adalah sebuah ukuran BUKAAN lensa. Atau sering disebut dengan rana. Dan
kodenya adalah F. Jujur saja, saya tidak tau kenapa namanya F, kenapa tidak X, Y, Z,
hehehe. Anyway, F juga biasanya tertera pada lensa dan berguna untuk berbagai hal,
antaranya adalah untuk jalur masuk cahaya (semakin besar sebuah F semakin banyak
cahaya yang masuk), untuk DOF (Depth of Field – akan dibahas nanti), dan menentukan
shutter speed anda – berhubung semakin banyak sinar yang masuk, semakin cepat shutter
speed yang anda bisa dapatkan untuk menghindari shake / blur, dan semakin kecil angka
sebuah F, maka semakin besarlah bukaan lensanya. F ini dapat membesar (sampai pada
ukuran maximumnya) dan (mengecil sampai pada ukuran minimum). Semakin kecil
angka sebuah F, artinya semakin besar bukaannya. Misalnya, sebuah lensa dengan F/1.4
mempunyai bukaan yang jauh lebih besar daripada sebuah lensa dengan F/3.5. Sebuah
lensa zoom juga bisa mempunyai bukaan (F) yang berbeda pada ukuran zoom yang
berbeda. Misalnya: 18-55mm F/4-5.6. Apa artinya ini? Artinya, pada focal length 18mm,
maka bukaan lensa tersebut maximum dapat mencapat 4. Dan pada focal length 55mm,
hanya dapat mencapai angka 5.6 (lebih kecil). Anda sendiri pun, dapat mengeset F anda
sesuka hati, namun tetap terpaut pada angka maximum lensa tersebut – lensa F/4 tidak
akan pernah bisa anda set ke 1.4 misalnya, atau 2, atau berapapun yang lebih kecil
angkanya daripada 4. Dan angka minimum biasanya sampai dengan F/22. Lebih kecil
daripada F/22 maka bukaan (lubang cahaya) pada lensa tersebut sudah hampir tertutup
dan sudah tidak berguna untuk meneruskan cahaya ke sensor.
Contoh mudahnya ya seperti pupil di mata anda – yang dapat membesar dan mengecil
menyesuaikan dengan cahaya yang ada.

DEPTH OF FIELD (DOF) 
DOF adalah “kedalaman” sebuah pandangan lensa. DOF juga di tentukan oleh Aperture,
atau si F tersebut. Sebuah F/1.4 mempunyai kedalaman pandang yang lebih sempit,
dibandingkan F/4. Artinya, apabila anda mengambil sebuah foto yang berisi 2 manusia
dan satu berdiri di depan dan satu di belakangnya dan anda focus pada orang yang di
depan, pada F/1.4 kemungkinan besar orang yang di depan (yang anda focus) akan
terlihat jelas dan tajam, namun orang dibelakangnya akan menjadi semu / buram / blur.
Ini bukan gangguan pada lensa atau kamera anda, tapi ini adalah kedalaman pandang
lensa anda. Apabila anda mengeset pada F/4, dan focus pada orang yang sama, maka
kedua orang tersebut – yang depan dan belakang – kemungkinan besar akan terlihat jelas
dan sama tajamnya. Itulah sebabnya apabila foto portrait sendiri, banyak orang akan
mencari lensa dengan F yang besar (angka F yang kecil), untuk menghilangkan segala
bentuk “distraksi” atau gangguan yang dapat menghalangi isolasi sebuah objek.
Sedangkan untuk foto pemandangan dimana orang ingin mendapatkan setiap detail –
biasanya akan di set pada F/8 sampai F/11.

PERSPEKTIF
Tergantung pada focal length lensa anda, background (latar belakang) sebuah objek dapat
terlihat dekat atau lebih jauh. Visual efek tersebut dapat dinamakan “perspektif”. Dengan
focal length yang kecil (lebih wide angle), background objek anda anda terlihat lebih
jauh, daripada sebuah lensa dengan focal length yang lebih besar.

MACRO
Macro adalah jenis lensa yang dapat focus pada sebuah objek dengan sangat dekat, dan
biasanya mempunyai kemampuan pembesaran sebuah objek dengan sangat mendetail.
Macro ini biasanya juga terbagi menjadi 1:1 (true macro) yang dapat mendapatkan detail
secara 1:1, dan 1:2 (walaupun termasuk lensa macro – banyak orang menyebutnya bukan
TRUE macro). Biasanya lensa macro ini digunakan untuk mengambil gambar serangga,
bunga, dan benda2 kecil lainnya.

FISH EYE
Sebuah jenis lensa yang dapat mengambil gambar dengan angle of view 180 derajat, dan
menghasilkan gambar yang agak “spherical” atau cembung. Maka dinamakan lensa mata
ikan (entah karena bentuk lensanya yang seperti mata ikan – atau gambar yang dihasilkan
seperti pandangan seekor ikan). Lensa ini adalah lensa exotis, biasanya tidak dapat
digunakan dalam keseharian kita (jarang lah).

ASPHERICAL LENS
Aspherical lens ini bukan lensa biasa, lensa ini cenderung lebih baik kualitasnya, dan
tetap mempunyai ukuran yang relatif kecil, sehingga dapat mengurangi ukuran
keseluruhan sebuah lensa. Dan biasanya, lensa aspherical dapat melebarkan sudut
pandang sebuah lensa dengan tetap menjaga ukuran, meningkatkan kualitas dan juga
mengungari efek negatif sebuah lensa.

JENIS ELEMEN LENSA
Lensa juga terbagi dalam jenis elemen yang berbeda beda pula. Dan ada tingkatannya,
tentunya semakin baik tingkatan sebuah elemen, semakin baik pula penangkapan
gambarnya. Selain elemen lensa “biasa”, ada elemen yang setidaknya diatasnya, dan
biasanya sebutannya berbeda untuk setiap produsen lensa yang berbeda pula. Tapi
kiranya dapat di sebut LD / ED yang artinya Low Dispersion, atau Extra-Low Dispersion.
Yang mempunyai kemampuan untuk menghasilkan warna, ketajaman, tingkat purple
fringing, dan chromatic aberrations yang lebih baik. Setingkat diatasnya biasanya di sebut
SLD / SED yang artinya Super Low Dispersion atau Super Extra-Low Dispersion.
Tentunya lensa yang mengandung elemen tersebut lebih mahal daripada lensa yang hanya
berisi elemen “biasa”. Namun bukan berart sebuah lensa tanpa elemen tersebut itu jelek
lho… 

 STABILIZER
Lensa juga mempunyai stabilizer yang dapat mengurangi blur apabila terjadi goyang /
getar, atau shake. Sehingga anda dapat lebih nyaman mengambil gambar tanpa terlalu
khawatir apabila anda mengambil foto dimana anda kurang seimbang, atau gemetaran
karena gugup mungkin? Hehehe, dan juga membantu saat slow-shutter speed dimana
geteran adalah suatu hal yang rawan membuat gambar blur. Stabilizer ini tidak bisa
dipastikan bekerja 100%, tapi memperbanyak hasil gambar yang baik dibandingkan tanpa
stabilizer. Misalkan: Anda sedang mengambil foto lowlight dengan shutter speed yang
relatif lambat, tanpa stabilizer, mungkin hanya 5 dari 10 foto yang anda ambil layak
untuk di cetak (kecuali anda bisa mematung dengan sempurna), sedangkan dengan
stabilizer, anda bisa mendapatkan 8 dari 10 foto yang anda ambil, layak untuk di cetak.
Stabilizer tidak memberikan kepastian, namun memberikan kemungkin hasil yang baik
lebih banyak. Dan juga saya mendengar bahwa lensa dengan stabilizer cenderung
membuat baterai kamera anda lebih boros (benar tidaknya saya belum bisa konfirmasi).
Dan juga, sama seperti jenis elemen lensa, setiap produsen mempunyai nama sendiri
untuk stabilizer pada lensa ini. Nikon: VR (Vibration Reduction). Canon: IS (Internal
Shake-reduction atau Internal Stabilizer gak tau mana pastinya hehe). Leica: Mega O.I.S.
(Optical Internal Stabilizer). Dll.

SUPERSONIC MOTOR
Lensa lensa generasi baru dilengkapi dengan motor supersonic, dimana lensa tersebut
dapat focus lebih cepat, lebih “smooth”, dan lebih sunyi dibandingkan dengan lensa yang
tidak mempunyai supersonic motor. Sampai dengan saat ini, Supersonic motor masih
terus dikembangkan dan sepertinya akan menjadi sebuah “standard” pada sebuah lensa.

INTERNAL FOCUS
Lensa jenis ini mempunyai system IF (Internal Focus) dimana pada saat mencari focus,
ukuran fisik sebuah lensa tidak memanjang atau memendek. Tidak semua lensa
mempunyai fitur seperti, namun saya sangat suka dengan fitur IF ini. Berhubung lensa
anda tidak kelihatan maju mundur saat mencari focus (keren aja gitu), dan tidak takut
kepentok benda apapun yang mungkin ada didepan lensa anda (siapa tau anda tidak
sengaja atau gimana lah). Sekian dulu dari pada yang bisa saya berikan mengenai segi teori dan teknis sebuah lensa SLR, semoga dapat membantu rekan2 sekalian, khusus nya bagi para pemula untuk memahami lebih mendalam kebutuhan lensa anda. Bagi yang merasa ada yang salah, atau ada yang kurang, monggo silahkan dikoreksi atau  ditambahkan.

1 komentar:

  1. share buat temen-temen pemula yg, bagi yang udah mahir ya mohon supportnya..dan info tambahannya..

    BalasHapus